Friday, October 16, 2015
Thursday, October 8, 2015
Modal
Gw selalu berfikir : kalau modal gw cuma punya Allah. Minta aja terus segala hal. Allah Maha Kaya. Maha segala-galanya. Terus aja minta karena modal satu-satunya yang bisa diandelin emang solat sama zikir aja.
Now I do think I am old enough for you to call me Maaa..Maaa! Mamamamamaaaaaaaaa.
Luv you Lateefa.
Share on Facebook Share on Twitter Pin on Pinterest
Posted by Dita Maulani at 10/08/2015 10:24:00 PM No comments:
Monday, October 5, 2015
Listening
One of The Used favourite song title but the lyrics are totally the contrary. "Just say what you wanna say.. I'm not listening anyway".
Listen. Listening.
It is a crucial activity that leads to total chaos or absolute peace. Ngga tau kenapa, mendengarkan seseorang tuh kok agak susah ya? Lebih susah daripada bicara ngotot, lebih susah daripada tarik urat teriak-teriak menjelaskan kemauan kita, lebih susah daripada diam.
Gw termasuk orang yg kalau cerita mau didengerin tapi belum tentu mau dengerin orang dan betapa gw sadar I such a selfish biatch.
Gw dapet share dari facebook, tentang ibu lima anak yang mengalami keadaan depresi berat dan membunuh kelima anak kandungnya dimana sang suami (ayah dari 5 anak tersebut) adalah workaholic. Terus, gw baca lagi ada serial killer yang has raped thousands of boys and girls dan ngerasa ga ada yang pernah baik selama hidupnya. Saat ditrace, ternyata itu berasal dari kehidupannya yang berlatar belakang petani miskin dan dia ditinggal ayahnya dari umur 8 tahun. Lalu, di sekolahnya dia mendapat perlakuan ngga baik bahkan sampai pemukulan dan pemerkosaan. Disitulah dia memutuskan untuk bersikap ga baik ke semua orang dan menyatakan "I hate human race including myself".
Saat di penjara, karena merasa kasihan sama si pembunuh ini, seorang sipir ngasi 1 dollar untuk beli rokok dan minum. Itu kebaikan pertama yg dia terima and long story short, they became friends. Si sipir memberikan kertas dan pulpen tiap hari untuk pembunuh tersebut menulis. Dan tahu selanjutnya, cerita pembunuh ini jadi acuan psikolog atau jurnalis supaya kita tidak menciptakan monster seperti dia.
Dari dua cerita yang gw baca, gw bisa menyimpulkan bahwa kita perlu orang yang MENDENGARKAN. Gw butuh PENDENGAR. Gw harus bisa jadi PENDENGAR yang baik untuk ORANG LAIN.
Dalam hubungan suami istri, sering gw mau ngomong apa lupa gara-gara dipotong sama suami. Pas suami lagi mau share sesuatu, gw sering motong dengan alasan takut lupa kalau ga ngomong saat itu juga. Kalo ga salah ada yang permah bilang motong omongan orang ga lebih baik dari seekor babi.
Gw selalu ngerasa, Islam itu keras. Tapi benar. Islam itu susah diterapkan. Tapi berbuah surga. Plis jangan hubungin sama kerasnya jihad dengan menggunakan AK-47 atau bom rakitan. Hell with them coz am talking about more loathsome creature inside me. Gw bilang keras karena aduuh coba deh. Istri dari masak, beberes, urus anak ,suami, rumah tangga. Kirain gampang? Tapi itu kan perkataan Rasulullah SAW pas ibu-ibu mau jihad dengan ikut perang? 'Urus anak, suami, rumah tangga. Disitulah jihadmu'. Bubar deh itu ibu-ibu yang demo. Keras/nggak memang relatif jadi tolong pas baca ini ga usah bandingin gw sama diri loe atau nyokap loe atau orang lain. I am talking about myself.
Jadi pendengar yang baik aja susahnya minta ampun. Solat 5 waktu sering kejedug ngantuk atau capek. Dengerin keluh kesah suami kerja aja malesnyaaaaaa..padahal kita partner.
Buat suami, i need you to hear me. I do not need you to change me. Just hear me. I am trying my best to hear you walau kadang aku ga mau. Walau kadang keburu ilfil karena kamu cerita terus dan pas aku cerita kamu cuek aja. Kalau ga sama suami cerita sama siapa coba?
This is why I have a blog. This is why I am talking nonsense to the wall and keep things shut, zipped, silent.
Punya Lateefa heals me a lot. She is my therapy. I would go crazy without her. Her eyes bring my soul to the ground again, knocking out gravity. And above all, I am moslem. Pelajaran dalam Islam makin kerasa setelah menikah dan punya anak.
Mudah-mudahan dengan background agama yang sama, kita makin bisa toleransi dan saling mendengarkan satu sama lain ya a. amiin.
Saturday, October 3, 2015
Edge
I am in an emergency. In a rush. I cannot think. I cannot feel. I am itchy to create. I am haunted. I am distracted. I am scattered. I am demolished.
Sometimes, most of the times, I miss making something. Moving my hands on pliers, combining stones and beads, screaming and talking nonsense in front of the microphone.
I do not need a yes or no. I do not need a smile or a frown. I do not need a password to let me keep going or a warn to stop me.
I just am exhausted. I just am smashed. I just am broken. I just am depressed. I just am all that.
And I do not know why or how to keep going. Or survive. Or stop.