Pages

Thursday, June 29, 2017

1438 H

Mohon maaf lahir dan bathiiinnn!!
Kyaaa! Ga kerasa udah lewat Ramadhannya.. Hu hu hu.

Rasanya cepet banget. Udah sebulan aja gitu?


Ini foto teteh waktu hari kedua mau ke mbah. Makin ndut makin aktif makin bisa negosiasi. Cuma ini dia pilek niih. Cepet sembuh Naaak 😘😘😘

Tuesday, June 20, 2017

*4%6:)£✓~}¶•÷©



Tanggal segini belum dapet itu rasanyaaaaa. Hadeehhh.

Rusak lah puasa hari ini karena abang grab yang rempong dan Lateefa yang rewel saat mau pupup πŸ˜—

Ada-ada aja deh. Apalagi mama yang biasa deh ga mau disalahin dan apapun selalu she the queen who wins.

But it just sounds wrong. Blaming on others will NOT make things better. Accepting I made mistakes will hopefully make things better. Karena awal dari memperbaiki kesalahan itu menerima bahwa kita salah, kan? Menerima bahwa gw salah I couldn't be as calm as I was. Kadang pissed off dan sedih aja jadinya nangis.

I was wondering why I had gone mental like that. What made me so angry, so disappointed? Nah, jdi inget pelajaran PRA NIKAH di IIP. Bagian pra nikah mana yang belum selesai sampai akhirnya bikin saya marah sama Lateefa yang rempong karena mau pupup which she does almost all the time now *sigh* so rempong and real.

I remember my mom once said to me when I was 7 or 8 waktu malem-malem minta indomie "hih nyusahin aja punya anak teh". Dan papa yang kalau marah banting telepon, ngomong kasar ke mama dan mama bales ngomong kasar. One thing paling ajaib : they didn't discuss or say "I'm sorry" or hug each other. Semakin ikut IIP semakin sadar that I am such a little girl who is so broken inside. Who needs to take a break and accept someone's help on my way through the finish line. Mungkin masa pra nikah itu yang masih belum kelar. Yang masih bikin keselnya pasti karena mama ngerasa selalu bener sendiri, sampe sekarang nyalahin orang sekitar dan never takes responsibilities. Capek juga kan hidup sama orang delusional and full of excuses. Someone who gives too much sh*t on everything. Who complains a lot. Who never is showing gratitude. How miserable.

Have I become her?

The fact that I came from such ruwet family makes me think harder kenapa sih gw dilahirkan di keluarga seperti ini? Lagi-lagi dan lagi di IIP dikupas habis tentang visi misi hidup gw dan gw merasa okay, this is it. Gw mesti jauh lebih berilmu dan beramal berdasarkan ilmu yang gw punya. Bakal lebih sering menerapkan apa yang gw tahu tentang relationship k suami dan anak.

Allah Maha Penolong. Ga mungkin tiba-tiba gw lahir tanpa maksud. Pernah baca cerita mba siapa di IIP Batch 4 bahwa kehidupan nya ternyata jauh lebih ajaib dari saya. How shallow am I? How itchy it can be when that fact bugs me? Kenyataan bahwa banyaj orang di luar sana jauh lebih ajaib kehidupannya dari saya.

Bener kata suami I have to go out. I have to have fun and let loose of what I cannot control. I have to embrace the process. I have to accept mistakes after mistakes I have made.

"Mama kok nangis? Mama udah belum nangisnya? Jangan lama-lama dong mah nanti Tifa jadi sedih. Maah, tenang yaa.. Tifa kan ada disini. Mama mau gendong? Mau diciyum?"

πŸ˜„

She was bombing me with questions while I was crying. How magical life can be, Nak. How easily drifted I was?

"Mm..mama mau peluk aja boleh?"
"Ngga boleh. Tifa dulu peluk mama nanti mama baru peluk Tifa yah.."
"OkayπŸ˜…"
And we hugged each other. I said sorry. "Maaf ya, Nak mama marah. Mama tau kamu lagi mau sama mama. Mau eksplorasi..cuma ada batesan waktu aja buat rewel dan eksperimen kan".
She replied with "Mama maafin Tifa yaa.."
...
"Mama udah jangan nangis lagi dong kita main aja yuk. Ayo mah buka mukena nyaaaa".

Bersyukur. Lalu meminta maaf sama Allah atas apa yang udah gw keluhkan.

"Makasi ya Nak..udah temenin mama. Teteh inget aja mau mama marah atau kesel gimanapun, mama sayang banget sama teteh. Maafin mama ya Nak".
"Iya mah. Nih mah aku udah lipetin sadadahnya".
"Sa-ja-dah".

Cannot wait for tomorrow. Cabut ah gw. Kemana ya. πŸ˜… Mall pasti penuh. Jalan aja muter ke sempur yaa hehe...eh, atau ke playground deket rumah ajaaa πŸ‘πŸ‘πŸ‘

Terima kasih ya Allah, sudah selalu memberi kesempatan untuk saya menjadi ibu yang jauh lebih sabar dan lebih baik.

Saturday, June 17, 2017

Weekend

Yay!! Sudah kelar ngajar. Alhamdulillah. Sudah beres deh tugas sebelum Lebaran. Hari terakhir, hari bukber sama ILP. Hari bgopi lagi di Daily Dose. Hehhe.

Kangen Lateefa. Kangen Kicky. Besok mau ngapain yaaa? Sahur makin kendor nih. Pengen subuh aja terus.. tidur lagi. Ga boleh sih yaa. Hmm.

Enak ih ini kopi nyaa. Seneng ngopi disini. Hee. Belum cobain yg lain lagi, sih.. Eh hujan udah redaan nih. Tinggal pulang sebentar lagi :)

Thursday, June 15, 2017

Visi Misi Target Mau Apa Jadi Gimana

Abaikan judul. πŸ˜…
Itu yang terlintas di pikiran saya sekarang. Semenjak ikut IIP, makin fokus dan bisa memilah-milah tentang tujuan saya mau apa, gimana cara melakukannya, apa yang saya lakukan udah mendekati visi misi saya. Kalau melenceng, tenggelamkan. Berarti ga berfaedah.

Dan puasa di bulan Ramadhan ini adalah salah satu cara melatih diri untuk selalu fokus sama visi misi. Lho, masa sih? Iya banget. Dan ini terjadi di hal yang selalu saya lakukan membabi buta tiap tahun tapi pastinya sebelum tahun ini ya. Apaan tuh..??

Belanja baju Lebaran.

πŸ˜†

Itu disaster banget deh kalau uang ga ketahan. Lihat Zara yang sale, mango pouch cuma 99ribu, The Body Shop Warehouse Sale, BBW Sale..dan semua semua sale. Jujur dari bulan April udah bilang ke diri sendiri I ain't gonna spend some $$$ at the mall, or buy lots of branded stuffs like HnM ZARA ROXY VANS name them yourself. Gw berniat untuk Shop Small, supporting local market, independent store, friends' (newborn) online shops. Termasuk beli baju Lateefa. Setelah ingat-ingat bahwa lebih baik ga beli KW karena kita sama dengan tidak menghargai si empunya ilmu (Matrikukasi Week 1), saya beliin Lateefa baju dari local store, online boutique, atay bahkan baju yang dijual sama tetangga.

Berhasil. Done. No branded whatever on my Eid outfit, on Lateefa's..cuma 1 doang sepatu Zara (🀐) tapi lainnya merk lokal dari toko-toko kecil. Seneng bisa support local store, independent label, teman dan tetangga. Bahkan sekarang kalau ga buru-buru, saya naek angkot supaya bagi rejeki ke abang angkot juga. Ditambah lebih nyaman juga duduk nyender di angkot sambil lihat pohon-pohon di sempur ketimbang naek motor. (SHOUT OUT TO PAK BIMA ARYA : Nuhun pisan, Pak. Lewat sempur jadi bungah, SSA, Taman Heukang, Sempur. Walaupun ga ada makhluk sempurna tapi Bapak sudah membangun sesuatu - bahkan banyak - tempat yang berfaedah). Yak, makin ngalor ngidul. Intinya mah alhamdulillah tercapai visi misi beli baju ga di mall. 

23:11. Masi belum tidur juga. Abis ganyem pizza sama suami dan Lateefa. Seneng banget ih bisa pizza nite bertiga.

This week is my last week teaching before looong holiday. Bismillah semoga lancar semuanya. I'll come back later with lots of stories. C y!

Tuesday, June 13, 2017

NHW#5 Belajar Bagaimana Caranya Belajar

NHW#5 bikin saya ngerutin dahi. Belajar caranya belajar. Like..what?
Terus tiba-tiba inget kejadian kemarin. Tentang saya, tentang suami dan Lateefa.

Anak selalu jadi prioritas. That's what's on my mind, karena dapat itu dari mama. Anak didahulukan. I learn. I have learnt so much sampai akhirnya berfikir 'bener ga sih anak? Apa-apa anak?'. Ga mungkin la gw ga sayang sama Lateefa tapi saat recalling my mom's saying kayanya ada sisi di diri saya yang kayanya mempertanyakan kata-kata mama. Saya udah jadi ibu sekarang dan takuuut sekali kalau saya salah tentang sesuatu dan itu membekas ke anak. Walaupun kemungkinan tetap ada tapi tetap minta pada Yang Maha Kuasa supaya diminimalisir. Soalnya just like this, kata-kata mama itu kuat banget. Inget terus jadi saya kan. Lama-lama jadi way of life, mendahulukan anak. Karena berpikir suami bisa urus apa-apa sendiri, sementara Lateefa kan masi kecil.

Sampaaaai, i posted on IG, beli mainan Lateefa kepending karena nonton mba @verauli.id di TVRI. Psikolog yang biasa ada di cerita perempuan itu jeng jeng tiba-tiba muncul di TVRI out of nowhere. Gw juga jarang banget kan nonton tv, apalagi TVRI. Nonton TV paling Adit Sopo Jarwo nemenin Lateefa. Ini tiba-tiba tet, berenti disitu. You know what I heard?

# Kalau memuji, pakai YOU message. Contoh : you're awesome. Kamu sweet banget udah mijitin aku. Kamu manis banget jemput aku pake surprise gini (dua contoh terakhir dari saya yah bukan dari mba VeraπŸ˜…)

# Kalau marah, pakai I message. Aku tuh ga suka kamu pulang malem. Aku ga bisa nemenin anak-anak sendiri sampai larut. Aku ga suka kamu terlalu sibuk di kantor.

And the very last point hitting me like shooting star was

# Kalau ada yang bilang anak-anak nomer satu, no. Suami didahulukan. Suami yang jadi nomer satu, baru anak-anak.

...

Silence. Shot to my head and I was like "ooh..ini jawaban dari pertanyaan gw selama ini". Okay. Heart broken, yes. Selama ini jadi saya mempraktekkan yang salah? Selama ini jadi saya mendengar yang salah TANPA KROSCEK jadi langsung dipraktekkan? Dita where have you been? How could you?

Saya ngga nyalahin mama. Karena semua yang saya lakukan ya harus saya yang bertanggung jawab. Apalagi saya udah mau 30 tahun. Saya cuma kasihan sama mama. Hidup di point of view yang salah. Sampai dua tahun lalu memutuskan cerai dari papa. Terus tiba-tiba saya bertanya "apa ini hasil mendahulukan anak? Bercerai dengan suami?". Saya langsung bersyukur lihat mba Vera hari itu juga.

Setelah tahu mana teori yang benar dan valid, saya langsung coba praktek kan biar makin ingat dengan teori yang dikemukakan mba Vera. 

This morning suami minta cek apaa gitu ya, dan lateefa minta main. I said ke lateefa "nak, mama bantuin papa dulu ya. Habis itu mama main sama kamu".

This evening, Lateefa kebangun malem karena lagi ga enak badan. Pas saat suami minta bikinin pisang goreng. I said to suami : a bentar ya, aku ngelonin teteh dulu. Habis ini aku bikinin pisang goreng.

***

23:26 di jam HP. Dan masih bersyukur denger mba Vera saat anak masih 3 tahun. Mau ngeluarin buku juga ni mba Vera. Aaaak! Ga sabar lihat buku Mbak di toko buku. 😘 Pengen pre order buru-buru deh. Hehe..

Alhamdulillah belajar banyak 2 hari ini. Dan pas banget sama NHW#5 tentang Belajar Bagaimana Cara Belajar. Mungkin itu ya cara saya?

Got the theory. Do the action. Writing it down (menulis yang saya sudah lakukan berdasarkan sumber ilmu yang saya dapat - dalam hal ini tentang relationship sama suami). Ngeliat kesalahan yang lalu dan menerima kesalahan tersebut, ikhlaskan, lupakan. Lakukan hal yang benar based on theory. Lakukan, lakukan, lakukan. Sampai akhirnya jadi kebiasaan, good habit..dan kunci jadi deep habit (nilai plus sekali karena deep habit nya based on theory dari seseorang yang berilmu di bidangnya).

Yang pasti kembali lagi, tujuannya supaya mejadi orang yang lebih berilmu. Ternyata saya butuh juga ilmu dari ahli relationship seperti psikolog seperti saya membutuhkan ilmu parenting seperti dari IIP ini. Ilmu bisa didapat darimana saja ternyata : TV, YouTube, ceramah pengajian, dan orang-orang sekitar seperti saya belajar dari kesalahan ibu dan dan terutama kesalahan diri sendiri. Terus jangan lupa praktek setiap hari, terapkan di kehidupan sehari-hari karena agama itu praktek. Karena "practice makes perfect". Walaupun ga perfect, setidaknya kita berusaha. Seperti NHW#5 ini..😎 Terus lihat kesalahan yang udah dilakukan, perbaiki, dan evaluasi lagi.
πŸ’ͺπŸ’ͺπŸ’ͺ Nulisnya aja narik napas..kayanya susah banget prakteknya..tapi yang penting berusaha dan terus belajar kan. Praktek 1x sehari tentang mendahulukan suami itu udah baby steps kok Dit 😊

Huwaaa... Selaluuuu aja kalau nulis NHW puanjaaaang banget begini. Ga bisa disimplify aja apa ya? Kebiasaan curhat sama diary dari dulu. FYI, nulis juga disuruh mama dulu dan papa sering ajak ke toko buku buay beli stationery lucu. Aah..how i miss the old days.

Aaaak!! 23:45!
Belum isyaan! Belum taraweh. Zzzzzz. Sudah dulu nulisnya. Nanti kita lanjut dengan foto-foto Lateefa yaa di beberapa post ke depan.

***

Edited di pagi hari..setelah curhat dan tanya-tanya grup kelompok belajar IIP Batch 4 Bogor. Terima kasih Bunda Erika atas insight nya 😘. Belajar bisa via WA juga sekarang ya. Kalau ada kelas online gini, bakalan masih ada kelas offline ga ya beberapa puluh tahun ke depan? πŸ˜“

Ngaca

Bercermin. Looking at reflection to yourself. Looking at you. Looking AT you.

Minggu kemaren ada satu hari saya minta tolong suami beberapa kali. Hari itu saya langsung berusaha untuk ngerem biar ga minta tolong tapi kelepasan juga. 😴

That was the day i thought things wouldn't work at all. Just hanging by the thread and finish the day. I did. I survived. Tapi blank semua kosong. To Do list ga ada yang keisi : dari solat dhuha, bacain cerita buat Lateefa, stop mengeluh. I forgot what day was it but i clearly can recall that that day, that particular day was a total chaos. Not chaotic kaya marah-marah atau apa but i feel lost and need to get a grip aja. Hari ini juga lupa bersyukur sebelum tidur. Belum lagi shallow activity lihat HP dan mantengin IG feed bodyshopsale. Hadeh..

The next day, sampe sekarang.. I know what made me like that. I rarely look at myself, see how exhausting living with toddler can be, realize how much time I do need for myself, alone, only with me. Biasanya begini kalau mau dapet. But oops! Hormone is blamed and I don't wanna be responsible? No way. I have control of y emotions and behaviours.

Dan udah lama ga solat tahajud juga. Dear Dita. It is okay not to be okay. Suka mellow sendiri kadang. Apalagi kalau lihat Lateefa. Antara mellow sama hepi sama gemes sama ih apa sih tau ah teserah deh. πŸ˜ͺ

Dia makin ada-ada aja deh. Celotehannya nih :
Ma, ayo mandi berdua! Eh jangan jangan. Aku bisa mandi sendiri. Nanti mama dimandiin yah sama aku.

Mah ayo main. Aku kerja dulu yah. Mana di rumah. (Lari menjauh) ni tifa lagi kerja, mama nangis cepet.

Mama aku ulang tahun. *Nyanyi lagu selamat ultah sambil tepuk tangan*.

Aduuh Lateefa banyak kerjaan nih! Lap susu tumpah, beresin mainan. Haduh aku capek mah! *Terus tidur di kasur*

And she is gonna be threenager next month! Sayang! Sekarang saya tahu gimana rasanya punya anak perempuan. Yang banyak gaya. Ketu. Sok iyeh. Ngangenin.
Dear, Lateefa. I love you beyond words. Inget aja mau mama marah, kesel, diem, I love you. Full stop. Thank you for keeping my feet stomping the ground and my hands clapping out loud. Hats off to you, Nak. I have never felt such love sebelum jadi ibu. Thank you buat suami yang ngertiin banget istrinya lagi cuek πŸ˜› makasi loh surprise date nya last week pas jemput aku hari Jumat. Kamu emang paling bisa deh bikin GR. πŸ˜†

Sunday, June 11, 2017

Sleepy

Udah 2 minggu Ramadhan. Pasti bakal kangen. Habis ini biasa lagi deh. Mungkin puasa senin-kamis bisa ngobatin kangen.
Hari ini main di ADA sama suami and Lateefa. Seperti biasa dia main mandi bola itu. Lagi pilek nih anaknya πŸ˜₯ Emang musim kali yaa. Terus dia tadi emang makannya agak sedikit, mungkin gara-gara mampet hidungnya jadi ga enak makan. Atau belum aja dia action makan banyak 😁

Hari ini di rumah aja. Ga ngapa-ngapain. Eh, bikin kue deng sama teteh. Tapi gosooongg πŸ˜…πŸ˜‚ Namanya masak kan trial and error yaa. Ini pas lagi kebagian error nya. Hahhaha. Ga apa-apa deh. Next time better yaa Ditaa. Setelah beres baking gagal, mandi..gw tidur dari jam 11-2 siang. Zzzzz.

Besok minggu terakhir sebelum libur di ILP. Minggu terakhir juga suami kerja full seminggu karena minggu depannya, tanggal 23 Juli, hari Kamis kan udah cuti bersama. Yay!!

Tahun ini berasa banget deh ga ada tabungan. Hiks. Sedih. I'll keep this feeling buat jadi pemicu untuk nabung di koperasi next month. Semoga lancar. Amiin! 😘 Habis ini mau buka puasa di uti. Naik Grab Car. Yuk siap-siap berangkat! Nanti ngeblog lagi yaa 😎

Friday, June 9, 2017

Fokus

Another Friday. Another weekend. Another teaching story.
Udah ngajar lagi aja. Minggu depan terakhir. Ga sabar liburan. Ga sabar bebas Sabtu Minggu ga ke kelas, nemenin Lateefa dan papanya.

Hari ini ngantuk tapi ga bisa tidur. Baru jam 6 udah haus aja nih. Hahaha! Lagi panas nih Bogor. Hari ini baru nonton lagi materi week 3 sama 4 IIP. Nanti lihat lagi yang week 1 sama week 2. Jadi kangen maen sama Lateefa. Masi tidur nih dia.


Beberapa hari ini sering lupa fokus tentang misi jadi individu/istri. Lagi berat fokusnya ke ibu terus. Ga berarti ga masak atau ga bikinin sahur suami sih tapi lagi lost aja gitu buat dua poin itu.

Semoga bisa semakin ikhlas menjalani peran jadi istri dan individu yang berserah ke Allah. Yang legowo. Yang tidak memburu-buru proses. Yang membiarkan pendidikan datang dari dalam diri orang-orang sekitar. Yang mengeluh sama Allah aja. Semogaaaaa makin fokus sama misi hidup yang selalu mau berguna buat orang lain. Membantu tanpa pamrih. Menolong tanpa mengharap balas. Berpendapat tanpa menggurui.

Kembalikan semua ke fitrahNya. Inget materi week 4 ini. "Selesaikan masa lalu Anda" biar ga nyakitin anak saat sedang bersama nya. Biar ga nyakitin sekitar saat emosi kita ternyata masih stuck di masa lalu.

"Life is rough. Stay in your magic".

And there is no such magic but hard work, but pains, but bitterness that will build us stronger, make us winners. Warriors.

Cheers to weekend. To us.

Thursday, June 8, 2017

NHW#4 - Beramal Dengan Landasan Ilmu



“Ilmu tanpa amal adalah gila dan pada masa yang sama, amalan tanpa ilmu merupakan suatu amalan yang tidak akan berlaku dan sia- sia.” Imam Al Ghazali.

"Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim." HR. Bukhari

Walaupun selalu ada warning dari dalam diri, ini penting ngga? Ini bener ga? Sumbernya valid ga? dan se-valid-validnya sumber ya pasti Al-Qur'an dan Hadits. Saya masih kurang baca kedua itu, kurang sekali. Bahkan dulu ga pernah baca buku-buku Islami. Kayanya bangga kalau baca novel import pakai Bahasa Inggris. Ga ada salahnya, tapi mungkin ada waktunya untuk mengganti itu dengan prioritas yang lain. Saya punya beberapa buku anak yang saya tujukan buat Lateefa. Alhamdulillah dia seneng kalau dibacain cerita. Saya beliin kisah nabi, buku 77 pesan Rasulullah SAW Untuk Anak Muslim, Doa Sehari-hari, Aku Bisa Bilang Maaf dan lainnya. Tapi siapa yang lebih sering baca dan tertohok sama cerita-cerita di atas? Tul! Mamanya. Ikutan kelas IIP makin sensitif, makin sering ditusuk sana-sini saat baca kisah Nabi, baca kutipan Hadits, atau ayat Al-Qur'an.

Flashback dari NHW#1 tentang individu yang selalu mau menulis. Iya, saya mau menulis. Tapi mungkin itu bukan digeluti. Karena sekarang selalu aja fokusnya kalau ga ke suami, ke anak. Saya mau menulis tapi untuk sekarang saya ngga mau nambah beban dengan label 'mau jadi penulis' atau 'bisa menghasilkan dari menulis karena nulis itu di rumah' dan 'bla..bla..bla..' lainnya. Sekarang sudah jadi istri dan ibu. Sudah jadi individu yang berbeda dari tahun sebelumnya. Mau lebih bermanfaat aja untuk sekitar, terlebih lagi untuk diri sendiri. Gimanapun caranya. Misalnya dengan ngisi checklist yang udah dibikin di NHW#2.

Checklistnya apa, sih? Evaluasi nya gimana? Alhamdulillah sampe hari ini inget checklist nya. Dari solat Dhuha dan bersyukur sebelum tidur, ga ngeluh dan ga minta tolong sama suami, bacain cerita buat Lateefa dan bersama dia lebih dari 15 menit sehari. Yang didapet apa? Hidup tanpa konflik? Lateefa bebas rewel? Nope. Rewel dan konflik ada. Tapi ga melebar. Tapi cepet sadar. Soalnya emosi saya ga muncrat kemana-mana. Soalnya saya lumayan bisa fokus dengan diri saya sendiri. Fokus mau ngerjain apa. Fokus mau mendahulukan yang mana. Karena sudah melalui proses pra nikah yang saya edit berkali-kali supaya pantas dan ga berlebihan buat dipajang di blog. Fokus untuk jadi manusia yang lebih baik, ibu yang bisa memberi contoh lebih baik. Seperti materi Matrikulasi IIP Minggu 3, peradaban yang dimualai dari dalam rumah. Peradaban yang dimulai dari SAYA.

Jadi inget Jumat lalu pas saya upset banget sama Lateefa. Buka puasa deh.. Tapi satu hal yang berkesan buat saya. Saya ga marah kemana-mana. Saya fokus sama dia. I locked the door and I said I was so disappointed with her act. Saya bilang I know this is your age, you want to have control of your body. I said ada batesan dong. Ga pupup sambil makan juga. Rejected anything, everything with NO in one same day. But we made  a cool discussion ended up with : Mama, udah ya jangan nangis. Kalau mama nangis nanti Tifa sedih. Bahhaha! Paling bisa.Padahal yang bikin kesel dia dia juga. -_-
hubungan Ibu dan Anak menarik sekali memang. Alhamdulillah ga ngulur waktu untuk ikutan IIP.

Kelas pertama ini kan Matrikulasi ya, Dari materi, video YouTube, review, NHW. Semua benar-benar membawa saya ke hubungan ibu dan anak yang lebih baik. Plus, hubungan saya dan suami. Saya percaya aura positif ini akan menular ke hubungan ayah dan anak juga. Duh, jadi mau jalan-jalan bertiga nih..

Di minggu ke 4 ini, saya semakin sadar bahwa saya 'cuma' mau menjadi ibu dan istri yang berguna dan berilmu. Saya ingat ada kisah para wanita yang menghadap Rasulullah SAW., mengadu bahwa mereka pun ingin jihad seperti para pria (ikut berperang membela Islam). Apa kata Rasulullah SAW.? "Kembalilah ke rumahmu" (Jihadmu disitu). Dan saya ingin menjadi ibu dan istri yang berilmu. Yang bisa beramal berlandaskan ilmu yang saya punya.

Jadi sebenernya, loe mau apa sih Dit? Hidup loe mau dihabiskan buat fokus kemana? Coba ditulis rapi supaya inget. Per poin.

Misi Hidup : Menjadi Ibu dan Istri yang berilmu dan beramal berlandaskan ilmu
Bidang : Parenting dan Keluarga
Peran : Narasumber/Pengajar

πŸ˜… Kece ga? Saya mau jadi narsum karena saya sedang ada di sini, saya menjalani ini dan menjadi pengajar  atau pembicara di acara-acara, kenapa nggak? Toh arisan atau playdate juga acara kan?? Yang penting menebar aura positif :) Saya ingin banyak wanita yang paham betapa pentingnya menjadi ibu dan istri dengan ilmu. Betapa mulia nya seorang istri dan ibu yang terus mau belajar, apalagi ditunjang dengan dasar Al-Qur'an dan Hadits.

Alhamdulillah Allah berikan jalan yang mudah sekali. Setiap minggu saya memang ada pengajian, dan disana saya semakin diingatkan tentang betapa pentingnya akhlak, kisah nabi dan rasul yang menginspirasi, ayat-ayat Al-Qur'an yang membuat pengetahuan saya bertambah. Ikut pengajian dilakukan to keep me sane πŸ˜‚ Mau juga punya catatan lengkap materi pengajian dari minggu ke minggu. Notes hp nanti akan penuh dengan tulisan penting dan bermanfaat, ga cuma curhatan ga berfaedah doang. Sekarang penuh dengan materi matrikulasi IIP.

Semuanya dimulai dari 0. Ikut kelas Matrikulasi IIP ini  adalah langkah awal saya. Ini KM 0 saya, sekarang. Tahun 2017.

Saya mau naik kelas terus. Saya tahu Matrikulasi saja ga cukup. Karena sesuai dengan track, saya mau lanjut ke kelas Bunda Sayang (2018)- di tahun yang sama mau sekali ikut kelas/workshop parenting.

Bunda Cekatan(2019) by this year Lateefa udah TK..saya bisa punya waktu untuk ikutan workshop tentang family relationships dan financial planner.

Bunda Produktif(2020)- mau banget ikutan kelas The Council nya Daniel Merryweather. Lagi ada diskon sih bulan lalu jadi 250ribuan untuk monthly subscription. Tapi bulan lalu belum perlu karena ga sejalan sama apa yang saya lakukan sekarang.

Bunda Solehah(2021); ingin join kelas public speaking supaya ga belepotan kalau ngajar atau jadi pembicara (amiin!). Kan mau berguna untuk masyarakat, yaa? πŸ€—

Saya ga muluk-muluk. Mau banget deh ikut workshop parenting, kelas montesori sekarang. Tapi kenapa lewat terussss? Mungkin karena saya ga pernah set goals. 5 tahun ke depan bakal masih fokus nemenin Lateefa di rumah dan sekolah pastinya..tapi boleh kan nyusun rencana buat beberapa tahun ke depan seperti di atas?

Oh iya! Hampir lupa. Mengaji agama dan mengkaji materi IIP harus dimasukkan ke checklist nih.

Mengaji 1x seminggu. Mengkaji materi pengajian dan matrikulasi IIP 1-2x seminggu including mendengarkan ceramah pengajian offline dan nonton video YouTube offline materi kelas matrikulasi IIP.

Hayo, checklist nya ngeberatin ga? Inget baby steps. Inget ga usah muluk! Coba 1x seminggu dulu kalau 2x terlalu berlebihan :)

Dimulai dari minggu ini, yuk! Sesuatu yang baik memang harus dipaksakan. Paksakan supaya jadi kebiasaan. Good habit nya dikunci jadi deep habit..yang berfaedah. Kalau inget program matrikulasi minggu ke-4 ini, "bersabar dengan proses". Saya selalu ingat proses itu tidak bisa diburu-buru. Seperti kupu-kupu.

Dilakukan ya, Dit. Terus semangatin diri sendiri. Keep asking for help. Keep seeking knowledge. Selama ada di jalur, lakukan.
Besok mau main lagi dengan Lateefa. Saat dia terlelap tidur siang besok, semoga bisa nonton Matrikulasi minggu 3 (lagi) dan mulai mindahin data ceramah pengajian offline supaya ilmu nya portable :)

Wednesday, June 7, 2017

The REAL Updates


Image by Me (Using Rhonna Design App)

"Looking back at the things I've done.." terus nyanyiin lagu BSB yang Shape of My Heart. Ea.. Ketauan deh saya generasi tahun berapa. Berhubuung tadi pagi ngga jadi update karena si anak kecil solehah keburu bangun, saatnya dia tidur inilah golden hours ngerjain NHW. Eh tapi bentar deh, sebelum NHW.

Ini kan minggu ke-3 ya kalau ga salah. Atau ke-4 sih? Pokonya minggu ini ada NHW4. Ya berarti minggu ke-4 keles. Ya gitu deh. Ajaib sih kalau dalam waktu sebulan ini gw ngerasa agak on the track aja. Kaya tiap bangun, keinget checklist yang harus gw tick. Tiap mau marah atau minta tolong suami, inget bahwa keluh kesah dan minta tolong itu ada di Not To Do list dan gw menghindari untuk nyentang apa yang ada di list itu.

Sebernya yang justru belum ada di list itu pola hidup sehat. Hindarin gorengan itu susaaaah banget ampun. Olahraga rasanya burden banget. Hadeh. Ini aja udah craving for coffee. Udah mau goreng kentang. Tapi belum sih, untungnya. Cuma goreng tahu batagor dan ini juga habis setengah doang. Gw goreng dua. Nafsuuuu nafsuu. Bersyukur deh bulan puasa ini bolongnya baru satu. Inget 1-2 tahun lalu perjuangan banget mau puasa pas menyusui. Padahal orang lain pada bisa tapi gw susah nget...yaudah sih udah lewat juga, ada keringanan buat ibu menyusui kan, yang penting bayar fidyah atau bayar puasanya. Heheh.

Oh ya, going back to updates. I am pretty proud of myself nih setelah ikut kelas IIP. Ada percaya diri sedikit bahwa gw ga in the jungle called motherhood. Ga in the battlefield called marriage. Alhamdulillah banget ikutan. heheh. Alhamdulillah ikut grup bumil busui petot smansa juga, kalau ga join grup itu pasti gw ga tau Institut Ibu Profesional atau IIP tuh apaan.

Bersyukur. Bersyukur. Bersyukur.

Ini ada NHW#4 menanti..gw kunyah-kunyah dulu materinya sebelum akhirnya memutuskan untuk hayu, kerjain... butuh kekuatan super saiya ngerjainnya soalnya.

Checklist Update


Alhamdulillah. Setelah beberapa hari lalu in a row Lateefa rewel dan marah-marah, she is now calmer. Main teruuuus jadi mamanya ikutan nemenin. Hihihi. Udah main sama kakak Naura, jadi koki, mamanya suruh ikutan jadi koki, jadi singa, pura-pura tidur dan nyuruh saya jadi ayam buat bangunin dia. πŸ˜† Pokonya main begitu deh. Atau dia main sendiri jadi Sinta/Santi yang kaya di YouTube itu.

Ngomong-ngomong rewel. Mungkin saya kurang mengakomodasi dia ya saat minggu lalu itu. Ga main di luar. Ga baca buku. Ga gambar. Ga cerita sebelum tidur. Jadi kaya ada space kosong di hatinya (jie..), something left and that wasn't her fault. That was MY fault. Saya ga mau ngeberatin diri sendiri, ga mau excuse juga bahwa saya ga mesti bertanggung jawab atas apa yg terjadi sama dia.. Iyes, betul. Tapi kayanya last week emang my fault aja. Blas ga ngapa-ngapain emang 3 hari itu. Jadi aja dia rewel. Dan alhamdulillah juga sih dia rewel. Maksudnya ya..disyukuri aja. Masa pas bagian seneng happy atau dia anteng saya bersyukur, pas bagian dia rewel saya ga bersyukur? Sementara itu dilakukan satu orang yang sama. Sementara itu datangnya dari anak saya.

Nak.. in kamu bangun.. nanti lanjut lagi nulisnya yaa.

Monday, June 5, 2017

Coffee and Stories


Seneng banget, akhirnya ngopi. Ini kopi pertama setelah 9 hari. Bangga dan seneng akhirnya bisa lepas dari kopi sachet which is not coffee juga sih tapi essence doang. πŸ˜₯

Ini mau ketemuan juga sama Domo n Wira. Udah lama banget ga ketemu. Sekalian silaturahmi di bulan Ramadhan kali ya πŸ˜‚

Daily Dose ini enak deh. Gw suka hot cappuccino nya. Minuman dingin nya enak juga walopun pas take away ga ada tulisan fancy Daily Dose, polos aja gitu, but thr flavour is yumm!

So finally I met these guys. Been ages! Sayang Andri n Anton ga bisa ikut. Talked too much about lyfe, work cycle, and stuffs. Semoga ada waktu buat bermusik lagi nanti.



Many thanks to my husband, mau dititipin Lateefa dan bolehin istrinya meet up with the bandits πŸ˜‚ Pengertian kamu tuh emang paling deh, A! 😘

Sunday, June 4, 2017

Yang Mau Ultah


She has been so challenging these few days. Ngga tau kenapa. Kayanya sih sedang keinget nenen lagi karena suka nonton video bayi di yucub πŸ˜…

Atau kurang mengakomodasi ya? Kamis kemaren ke uti, dan kebetulan hari ini, Sabtu, juga di uti. Dia nangiiiiiiiis terus. Gw sampe batal hari Jumat kemaren gara-gara kesel sama dia. I cried. I cried in the toilet and I told her what's wrong with you? What's wrong with US? Mama bisa capek dan sekarang lagi ngena banget nyebelinnya kamu.

Hhhh. Lyfe. Itulah kenapa ada istilah THREENAGER. Dammit! When life gives you threenager, go shopping! Said me to myself. πŸ˜† Dan ini baru beli baju tidur hnm, ga banyak sih cuma 2. Dan akhirnya nyesel. Karena belinya juga pelarian, bukan kebutuhan. πŸ˜‚

Ga sabar hari Senin lagi, ga sabar mau IIP lagi. Mau nonton video lagi ah yang tentang peradaban dalam rumah. Duh, berasa banget ya jadi ibu tuh. Udah mah kudu jadi role model..ngurus kebutuhan RT, mesti memaklumi pula. 😚😚😚 Tapi alhamdulillah banget bangetttt Lateefa sehat, suami sehat, saya juga alhamdulillah sehat. Nikmat sehat memang tidak ada duanya. 1:11AM di jam hp dan baru makan malem πŸ˜₯ nunda-nunda terus akhirnya sampe jam segini. πŸ€” Udah ah kbanyakan emoticon. Ini mau liat pinterest tentang threenager's life dulu πŸ™„

Thursday, June 1, 2017

NHW#3 Rumah Peradaban

Image by me (Using Rhonna Design)


"I am so proud of what we are now. I am overwhelmed with the process tapi proses itu yang ngebentuk kita sampe akhirnya jadi kaya sekarang."

Apresiasi itu penting banget. I admit it. Setelah memberikan apresiasi dengan kutipan kata di atas, suami peluk erat dan bilang terima kasih berkali-kali sebelum berangkat kerja. Masi inget tatapan matanya..Lebay yaah..πŸ˜…

Saya minta suami baca 'surat cinta' dari saya berisi apresiasi untuk dia. Walaupun dia ngga terlalu kelihatan excited pokonya udah kesampean aja nulis surat cinta. Yang penting kudu, mesti, harus ngasi surat. Keukeuh banget saya teh, ya...

Mungkin keukeuh itu menurun ke anak saya. Apa yang dimau harus didapet. Eh tapi karena umur dia baru mau 3 tahun juga sih ya. Lateefa itu anak yang bossy, tapi ceria dan menyenangkan. Dia anak periang. Saya senang punya Lateefa, bener-bener menghibur ditemenin dia setiap hari. Pelipur lara. Sering ngerasa bangga sama diri sendiri juga πŸ˜… Dari lihat dia yang belum bisa jalan, belum bisa megang sendok dan makan sendiri, ga tahu mana warna putih hijau kuning, sekarang she knows! Makan sendiri, berhitung 1-10, one to ten, nyanyi lagu anak-anak. Baru 34 bulan loh kamu Nak! πŸ‘ Lateefa cepet banget menyerap apa yang ada di sekitar dan copy paste people. Harus lebih hati-hati bersikap memang kalau ada dia ya.. Ga boleh cepet ambekan..Kaya saya 😭

Saya orang yang keras kepala dan ambekan. Baperan juga πŸ˜‚ Adatnya ga bagus banget. Saya jarang mau ngalah, apalagi di awal pernikahan, apalagi sebelum punya anak.
Suami juga termasuk orang yang blak-blak an. Dia lahir dari keluarga cukup harmonis. Saat dewasa, dia kuliah di luar negeri, kembali ke Indonesia langsung bekerja. Saya jatuh cinta sama dia sejak saya kuliah (11 tahun lalu!). Kami akhirnya menikah tahun 2013. Makin kelihatan deh perangai asli masing-masing. Dari marahnya, jengkel, baik, buruk. Semua!

Makanya kalau lihat Lateefa marah, lagi ga mood dan rewel, ngeburu-buru sesuatu harus cepat selesai.. itu tuh beneran kombinasi saya dan suami. (Duh. Tepok jidat).

Tapi saya tahu Allah pasti punya maksud. Saya diberi suami Kicky dan anak Lateefa, supaya saya lebih sabar? Supaya saya terbiasa dengan yang namanya mengalah. Supaya saya bisa mengurangi keras kepala saya. Supaya saya lebih ikhlas dan ga menyimpan dendam? Siapa juga yang mau kesel berlarut-larut kalau lagi ada masalah sama anak dan suami?

Belum lagi saat ini saya masi tinggal bersama mama saya. Dari dulu mama terbiasa menjelekkan papa di depan saya dan kakak. Bilang papa tukang bohong. Ga bertanggung jawab. Ga punya uang. Mama yang handle semua urusan rumah. Pemarah. Dan saya menurunkan sifat jelek papa yang pemarah itu (Mama selalu bilang saya keras kepala dan rapuh). Papa penakut. Laki-laki otoriter.
Dalam hati kecil saya, saya selalu berkata lirih but mom..he is my dad. There's nothing to do with me. Bicaralah pada orang dewasa Ma.. jangan ke saya.
Hal di atas bikin saya susah untuk respect ke suami. Hal di atas bikin saya bilang ke diri saya bahwa suami itu bisa dijelek-jelekkan. Suami itu sumber segala kesalahan.

Dengan keras kepalanya suami saya sekarang (ke arah yang benar), dengan blak-blakan nya dia kalau sedang tidak suka dengan sikap/sifat saya, dengan terlalu sering dia bilang "pikir sendiri", saya jadi terlatih untuk berfikir, terlatih untuk menerima kekurangan saya (prosesnya panjang dan ngga ngenakin), terbiasa dengan kejujuran dia yang nyakitin. But that's him. Suami yang menjadi payung saya seumur hidup. Imam saya. Di tahun ke 3-4 pernikahan kami, saya banyak belajar dan banyak tahu tentang hubungan istri-suami, ibu-anak.. dan alhamdulillah hampir semua tidak ada di mama-papa saya.

Alhamdulillah saya bisa bilang ke diri saya sendiri saya harus bisa lebih baik dari mama-papa. Harus lebih bijaksana, lebih fun, lebih show affection ke suami di depan anak atau ke anak di depan suami. Little kisses and hugs misalnya.
Justru dengan masa lalu saya yang ruwet, suami yang saya punya sekarang, sifat buruk yang saya punya sejak lahir, Lateefa yang keukeuh.. sepertinya semua adalah kolaborasi yang Allah buat supaya saya menjadi manusia yang lebih sabar, lebih nerimo, lebih berbesar hati dengan perbedaan dan kesalahan, lebih mah mengalah, supaya tidak mendendam.

Saya bersyukur. Sungguh bersyukur. Karena kalau tidak ada kolaborasi di atas, akan seperti apa sifat saya? Akan bagaimana kehidupan saya setelah mati kalau masih keras kepala dan pendendam. Saya tahu Allah Maha Penyayang, Maha Penolong, Maha Segala-galanya. Mungkin itu kenapa semuanya datang pada saya. Supaya setidaknya saya meninggal bawa amal baik bahwa saya sudah mengalah, bahwa saya sudah bersabar, bahwa saya menahan marah dan kesal saya.

Karena peradaban dimulai dari rumah. Pendidikan utama dimulai dari rumah. Akhlak pertama yang di copy-paste adalah akhlak di rumah. Mau jadi apa anak saya kalau saya, si pemegang kunci peradaban punya sikap dan sifat seperti saya di awal pernikahan dan saya sebelum punya anak. Kalau diingat-ingat saya bergidik sendiri. How  could I be so difficult to handle? So hard-headed. So full of anger. So negative. So stupid? Sementara saya mau anak saya jadi manusia solehah kebanggan orang tua dan agama?

"Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Alhamdulillah".

Bersyukur. Itu yang selalu saya katakan ke diri sendiri. Alhamdulillah saya diberikan kolaborasi menarik dari Allah. Saya banyak belajar dan introspeksi diri. Bersyukur ada NHW#3 ini. Bersyukur saya tidak menunda ikut IIP. Kembali mengingat kata-kata Rasulullah SAW. "Ibumu. Ibumu. Ibumu".

Betapa penting seorang ibu di mata Rasulullah SAW. Betapa pentingnya SAYA.
Semoga kehadiran saya sebagai ibu dan istri bisa menjadi penyejuk hati anak dan suami saya. Amiin.