“Ilmu tanpa amal adalah gila dan pada masa yang
sama, amalan tanpa ilmu merupakan suatu amalan yang tidak akan berlaku
dan sia- sia.” Imam Al Ghazali.
"Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim." HR. Bukhari
Walaupun selalu ada warning dari dalam diri, ini penting ngga? Ini bener ga? Sumbernya valid ga? dan se-valid-validnya sumber ya pasti Al-Qur'an dan Hadits. Saya masih kurang baca kedua itu, kurang sekali. Bahkan dulu ga pernah baca buku-buku Islami. Kayanya bangga kalau baca novel import pakai Bahasa Inggris. Ga ada salahnya, tapi mungkin ada waktunya untuk mengganti itu dengan prioritas yang lain. Saya punya beberapa buku anak yang saya tujukan buat Lateefa. Alhamdulillah dia seneng kalau dibacain cerita. Saya beliin kisah nabi, buku 77 pesan Rasulullah SAW Untuk Anak Muslim, Doa Sehari-hari, Aku Bisa Bilang Maaf dan lainnya. Tapi siapa yang lebih sering baca dan tertohok sama cerita-cerita di atas? Tul! Mamanya. Ikutan kelas IIP makin sensitif, makin sering ditusuk sana-sini saat baca kisah Nabi, baca kutipan Hadits, atau ayat Al-Qur'an.
Flashback dari NHW#1 tentang individu yang selalu mau menulis. Iya, saya mau menulis. Tapi mungkin itu bukan digeluti. Karena sekarang selalu aja fokusnya kalau ga ke suami, ke anak. Saya mau menulis tapi untuk sekarang saya ngga mau nambah beban dengan label 'mau jadi penulis' atau 'bisa menghasilkan dari menulis karena nulis itu di rumah' dan 'bla..bla..bla..' lainnya. Sekarang sudah jadi istri dan ibu. Sudah jadi individu yang berbeda dari tahun sebelumnya. Mau lebih bermanfaat aja untuk sekitar, terlebih lagi untuk diri sendiri. Gimanapun caranya. Misalnya dengan ngisi checklist yang udah dibikin di NHW#2.
Checklistnya apa, sih? Evaluasi nya gimana? Alhamdulillah sampe hari ini inget checklist nya. Dari solat Dhuha dan bersyukur sebelum tidur, ga ngeluh dan ga minta tolong sama suami, bacain cerita buat Lateefa dan bersama dia lebih dari 15 menit sehari. Yang didapet apa? Hidup tanpa konflik? Lateefa bebas rewel? Nope. Rewel dan konflik ada. Tapi ga melebar. Tapi cepet sadar. Soalnya emosi saya ga muncrat kemana-mana. Soalnya saya lumayan bisa fokus dengan diri saya sendiri. Fokus mau ngerjain apa. Fokus mau mendahulukan yang mana. Karena sudah melalui proses pra nikah yang saya edit berkali-kali supaya pantas dan ga berlebihan buat dipajang di blog. Fokus untuk jadi manusia yang lebih baik, ibu yang bisa memberi contoh lebih baik. Seperti materi Matrikulasi IIP Minggu 3, peradaban yang dimualai dari dalam rumah. Peradaban yang dimulai dari SAYA.
Jadi inget Jumat lalu pas saya upset banget sama Lateefa. Buka puasa deh.. Tapi satu hal yang berkesan buat saya. Saya ga marah kemana-mana. Saya fokus sama dia. I locked the door and I said I was so disappointed with her act. Saya bilang I know this is your age, you want to have control of your body. I said ada batesan dong. Ga pupup sambil makan juga. Rejected anything, everything with NO in one same day. But we made a cool discussion ended up with : Mama, udah ya jangan nangis. Kalau mama nangis nanti Tifa sedih. Bahhaha! Paling bisa.Padahal yang bikin kesel dia dia juga. -_-
hubungan Ibu dan Anak menarik sekali memang. Alhamdulillah ga ngulur waktu untuk ikutan IIP.
Kelas pertama ini kan Matrikulasi ya, Dari materi, video YouTube, review, NHW. Semua benar-benar membawa saya ke hubungan ibu dan anak yang lebih baik. Plus, hubungan saya dan suami. Saya percaya aura positif ini akan menular ke hubungan ayah dan anak juga. Duh, jadi mau jalan-jalan bertiga nih..
Di minggu ke 4 ini, saya semakin sadar bahwa saya 'cuma' mau menjadi ibu dan istri yang berguna dan berilmu. Saya ingat ada kisah para wanita yang menghadap Rasulullah SAW., mengadu bahwa mereka pun ingin jihad seperti para pria (ikut berperang membela Islam). Apa kata Rasulullah SAW.? "Kembalilah ke rumahmu" (Jihadmu disitu). Dan saya ingin menjadi ibu dan istri yang berilmu. Yang bisa beramal berlandaskan ilmu yang saya punya.
Jadi sebenernya, loe mau apa sih Dit? Hidup loe mau dihabiskan buat fokus kemana? Coba ditulis rapi supaya inget. Per poin.
Misi Hidup : Menjadi Ibu dan Istri yang berilmu dan beramal berlandaskan ilmu
Bidang : Parenting dan Keluarga
Peran : Narasumber/Pengajar
π
Kece ga? Saya mau jadi narsum karena saya sedang ada di sini, saya menjalani ini dan menjadi pengajar atau pembicara di acara-acara, kenapa nggak? Toh arisan atau playdate juga acara kan?? Yang penting menebar aura positif :) Saya ingin banyak wanita yang paham betapa pentingnya menjadi ibu dan istri dengan ilmu. Betapa mulia nya seorang istri dan ibu yang terus mau belajar, apalagi ditunjang dengan dasar Al-Qur'an dan Hadits.
Alhamdulillah Allah berikan jalan yang mudah sekali. Setiap minggu saya memang ada pengajian, dan disana saya semakin diingatkan tentang betapa pentingnya akhlak, kisah nabi dan rasul yang menginspirasi, ayat-ayat Al-Qur'an yang membuat pengetahuan saya bertambah. Ikut pengajian dilakukan to keep me sane π Mau juga punya catatan lengkap materi pengajian dari minggu ke minggu. Notes hp nanti akan penuh dengan tulisan penting dan bermanfaat, ga cuma curhatan ga berfaedah doang. Sekarang penuh dengan materi matrikulasi IIP.
Semuanya dimulai dari 0. Ikut kelas Matrikulasi IIP ini adalah langkah awal saya. Ini KM 0 saya, sekarang. Tahun 2017.
Saya mau naik kelas terus. Saya tahu Matrikulasi saja ga cukup. Karena sesuai dengan track, saya mau lanjut ke kelas Bunda Sayang (2018)- di tahun yang sama mau sekali ikut kelas/workshop parenting.
Bunda Cekatan(2019) by this year Lateefa udah TK..saya bisa punya waktu untuk ikutan workshop tentang family relationships dan financial planner.
Bunda Produktif(2020)- mau banget ikutan kelas The Council nya Daniel Merryweather. Lagi ada diskon sih bulan lalu jadi 250ribuan untuk monthly subscription. Tapi bulan lalu belum perlu karena ga sejalan sama apa yang saya lakukan sekarang.
Bunda Solehah(2021); ingin join kelas public speaking supaya ga belepotan kalau ngajar atau jadi pembicara (amiin!). Kan mau berguna untuk masyarakat, yaa? π€
Saya ga muluk-muluk. Mau banget deh ikut workshop parenting, kelas montesori sekarang. Tapi kenapa lewat terussss? Mungkin karena saya ga pernah set goals. 5 tahun ke depan bakal masih fokus nemenin Lateefa di rumah dan sekolah pastinya..tapi boleh kan nyusun rencana buat beberapa tahun ke depan seperti di atas?
Oh iya! Hampir lupa. Mengaji agama dan mengkaji materi IIP harus dimasukkan ke checklist nih.
Mengaji 1x seminggu. Mengkaji materi pengajian dan matrikulasi IIP 1-2x seminggu including mendengarkan ceramah pengajian offline dan nonton video YouTube offline materi kelas matrikulasi IIP.
Hayo, checklist nya ngeberatin ga? Inget baby steps. Inget ga usah muluk! Coba 1x seminggu dulu kalau 2x terlalu berlebihan :)
Dimulai dari minggu ini, yuk! Sesuatu yang baik memang harus dipaksakan. Paksakan supaya jadi kebiasaan. Good habit nya dikunci jadi deep habit..yang berfaedah. Kalau inget program matrikulasi minggu ke-4 ini, "bersabar dengan proses". Saya selalu ingat proses itu tidak bisa diburu-buru. Seperti kupu-kupu.
Dilakukan ya, Dit. Terus semangatin diri sendiri. Keep asking for help. Keep seeking knowledge. Selama ada di jalur, lakukan.
Besok mau main lagi dengan Lateefa. Saat dia terlelap tidur siang besok, semoga bisa nonton Matrikulasi minggu 3 (lagi) dan mulai mindahin data ceramah pengajian offline supaya ilmu nya portable :)